BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Setelah
Khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara
ongol,kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis.
Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang
satu sama lain saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan
peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu,
Keadaan
politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali
setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, diantaranya Usmani
di Turki, Mughal di India dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani ini
adalah yang pertama berdiri juga yang terbesar dan paling lama bertahan
dibanding dua kerajaan lainnya.
Nama
kerajaan Usmani diambil dari nama Sultan pertama bernama Usman. Beliau
dengan gigihnya meneruskan cita-cita ayahnya sehingga dapat menguasai
suatu wilayah yang cukup luas dan dapat dijadikan sebuah kerajaan yang
kuat. Bangsa Turki Usmani berasal dari suku Qoyigh, salah satu kabilah
Turki yang amat terkenal. Pada abad ke-13 mereka mendapat serangan dari
bangsa Mongol. Akhirnya mereka mencari perlindungan dari saudaranya,
yaitu Turki Seljuk. Dibawah pemerintahan Ortoghul, mereka mengabdikan
diri kepada Sultan Alaudin yang sedang melawan Bizantium. Karena bantuan
mereka, Sultan Alaudin dapat mengalahkan Bizantium. Kemudian Sultan
Alaudin memberi imbalan tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan
Bizantium. Setelah Sultan Alaudin wafat (1300 M), orang-orang Turki
segera memproklamirkan kerajaan Turki Usmani dengan Usman I sebagai
sultannya.
B. Rumusan Masalah.
Berdasar
dari uraian latar belakang sebelumnya maka masalah pokok yang dibahas
dalam kajian ini adalah Kerajaan Turki Usmani ,agar kajiannya terarah
dan sistematis, berikut ini dikemukakan tiga sub masalah, yakni :
1. Asal-Usul Dinasti Turki Usmani ?
2. Perkembangan Turki Usmani ?
3. Kemajuan-Kemajuan Turki Usmani ?
4. Turki Pasca Sulaiman al-Qanuni ?
5. Kemunduran Kerajaan Turki Usmani ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asal-Usul Dinasti Turki Usmani
Nama
kerajaan Usmaniyah itu diambil dari dan dibangsakan kepada nenek moyang
mereka yang pertama, Sultan Usmani Ibnu Sauji Ibnu Arthogol Ibnu
Sulaimansyah Ibn Kia Alp, kepala Kabilah Kab di Asia Tengah [1].Awal
mula berdirinya Dinasti ini banyak tertulis dalam legenda dan sejarah
sebelum tahun 1300. Dinasti ini berasal dari suku Qoyigh Oghus. Yang
mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina kurang lebih tiga
abad. Kemudian mereka pindah ke Turkistan, Persia dan Iraq. Mereka masuk
Islam pada abad ke-9/10 ketika menetap di Asia Tengah [2].
Pada
abad ke-13 M, mereka mendapat serangan dan tekanan dari Mongol,
akhirnya mereka melarikan diri ke Barat dan mencari perlindungan di
antara saudara-saudaranya yaitu orang-orang Turki Seljuk, di dataran
tinggi Asia kecil[3].
Dibawah pimpinan Orthogul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan
Alaudin II yang sedang berperang melawan Bizantium. Karena bantuan
mereka inilah, Bizantium dapat dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin
memberi imbalan tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium.
Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud
sebagai ibukota[4]
Ertoghrul
meninggal Dunia tahun 1289. Kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya,
Usman. Putera Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan
Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290-1326 M. Pada tahun 1300 M,
bangsa Mongol kembali menyerang Kerajaan Seljuk, dan dalam pertempuran
tersebut Sultan Alaudin terbunuh. Setelah wafatnya Sultan Alaudin
tersebut, Usman memproklamasikan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas
daerah yang didudukinya. Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering
disebut Usman I. Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah
al-Usman (raja besar keluarga Usman) tahun 1300 M setapak demi setapak
wilayah kerajaan diperluas.
Dipilihnya
negeri Iskisyihar menjadi pusat kerajaan. Usman mengirim surat kepada
raja-raja kecil guna memberitahukan bahwa sekarang dia raja yang besar
dan dia menawar agar raja-raja kecil itu memilih salah satu diantara
tiga perkara, yakni ; Islam, membayar Jaziah dan perang. Setelah
menerima surat itu, separuh ada yang masuk Islam ada juga yang mau
membayar Jizyah. Mereka yang tidak mau menerima tawaran Usman merasa
terganggu sehingga mereka meminta bantuan kepada bangsa Tartar, akan
tetapi Usman tidak merasa takut menghadapinya. Usman menyiapkan
tentaranya dalam mengahdapi bangsa Tartar, sehingga mereka dapat
ditaklukkan.
Usman
mempertahankan kekuasaan nenek moyang dengan setia dan gagah perkasa
sehingga kekuasaan tetap tegak dan kokoh sehingga kemudian dilanjutkan
dengan putera dan saudara-saudaranya yang gagah berani meneruskan
perjuangan sang ayah dan demi kokohnya kekuasaan nenek moyangnya.
B. Perkembangan Turki Usmani
Setelah
Usman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al Usman (raja besar
keluarga Usman), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat
diperluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Byzantium dan menaklukkan
kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai
ibu kota kerajaan.
Pada
masa pemerintahan Orkhan (1326-1359 M), kerajaan Turki Usmani ini dapat
menaklukkan Azmir (1327 M), Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M),
Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356 M). Daerah-daerah itulah yang
pertama kali diduduki kerajaan Usmani,ketika Murad I, pengganti Orkhan
berkuasa (1359-1389 M). Selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia
melakukan perluasan daerah ke benua Eropa. Ia dapat menaklukkan
Adnanopel yang kemudian dijadikan ibukota kerajaan yang baru. Mrerasa
cemas terhadap ekspansi kerajaan ke Eropa, Paus mengobarkan semangat
perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul
mundur Turki Usmani, namun Sultan Bayazid I (1389-1403 M), dapat
menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut.
Ekspansi
Bayazid I sempat berhenti karena adanya tekanan dan serangan dari
pasukan Timur Lenk ke Asia kecil. Pertempuran hebat terjadi antara tahun
1402 M dan pasukan Turki mengalami kekalahan. Bayazid I dan putranya
ditawan kemudian meninggal pada tahun 1403 M[5].Kekalahan
tersebut membawa dampak yang buruk bagi Kerajaan Usmani yaitu banyaknya
penguasa-penguasa Seljuk di Asia kecil yang melepaskan diri. Begitu
pula dengan Bulgaria dan Serbia, tetapi hal itu dapat diatasi oleh
Sultan Muhammad I (1403-1421 M). Usaha beliau yang pertama yaitu
meletakkan dasardasar keamanan dan perbaikan-perbaikan dalam negeri.
Usaha beliau kemudian diteruskan oleh Sultan Murad II (1421-1451).
Turki
Usmani mengalami kemajuannya pada masa Sultan Muhammad II (1451-1484 M)
atau Muhammad Al-Fatah. Beliau mengalahkan Bizantium dan menaklukkan
Konstantinopel pada tahun 1453 M yang merupakan kekuatan terakhir
Imperium Romawi Timur.
Pada
masa Sultan Salim I (1512-1520 M), ekspansi dialihkan ke Timur, Persia,
Syiria dan Mesir berhasil ditaklukkannya. Ekspansi tersebut dilanjutkan
oleh putranya Sulaiman I (1520-1526 M) dan berhasil menaklukkam Irak,
Belgaro,kepulauan Rhodes, Tunis dan Yaman. Masa beliau merupakan puncak
keemasan dari kerajaan Turki Usmani, karena dibawah pemerintahannya
berhasil menyatukan wilayah yang meliputi Afrika Utara, Mesir, Hijaz,
Irak, Armenia, Asia Kecil, Krimea, Balkan, Yunani, Bulgaria, Bosnia,
Hongaria, Rumania sampai batas sungai Danube dengan tiga lautan, yaitu
laut Merah, laut Tengah dan laut Hitam[6].
Usmani
yang berhasil menaklukkan Mesir tetap melestarikan beberapa system
kemasyarakatan yang ada sekalipun dengan beberapa modifikasi. Usmani
menyusun kembali sistem pemerintahan yang memusat dan mengangkat
beberapa Gubernur militer dan pejabat-pejabat keuangan untuk mengamankan
pengumpulan pajak dan penyetoran surplus pendapatan ke Istambul.
Peranan utama pemerintahan Usmani adalah menentramkan negeri ini,
melindungi pertanian, irigasi dan perdagangan sehingga mengamankan arus
perputaran pendapatan pajak. Dalam rentangan abad pertama dan abad
pertengahan dari pereode pemerintahan Usmani, sistem irigasi di Mesir
diperbaiki, kegiatan pertanian meningkat dengan pesat dan kegiatan
perdagangan dikembangkan melalui pembukaan kembali beberapa jalur
perdagangan antara India dan Mesir[7].
Demikianlah
perkembangan dalam kerajaan Turki Usmani yang selalu berganti penguasa
dalam mempertahankan kerajaannya. Diantara mereka (para penguasa)
memimpin dengan tegasnya atas tinggalan dari nenek moyang agar jangan
sampai jatuh ke tangan negeri / penguasa lain selain Turki Usmani. Hal
ini terbukti dengan adanya para pemimpin yang saling melengnkapi dalam
memimpin perjuangannya menuju kejayaan dengan meraih semua yang membawa
kemajuan dalam kehidupan masyarakat
C. Kemajuan-Kemajuan Turki Usmani
Akibat
kegigihan dan ketangguhan yang dimiliki oleh para pemimpin dalam
mempertahankan Turki Usmani membawa dampak yang baik sehingga
kemajuankemajuan dalam perkembangan wilayah Turki Usmani dapat di
raihnya dengan cepat. Dengan cara atau taktik yang dimainkan oleh
beberapa penguasa Turki seperi Sultan Muhammad yang mengadakan
perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negerinya
yang kemudian diteruskan oleh Murad II (1421-1451M)[8]
. Sehingga Turki Usmani mencapai puncak kejayaan pada masa Muhammad II
(1451- 1484 M). Usaha ini di tindak lanjuti oleh raja-raja berikutnya,
sehingga dikembangkan oleh Sultan Sulaiman al-Qonuni. Ia tidak
mengarahkan ekspansinya kesalah satu arah timur dan Barat, tetapi
seluruh wilayah yang berada disekitar Turki Usmani itu, sehingga
Sulaiman berhasil menguasai wilayah Asia kecil.
Kemajuan
dan perkembangan wilayah kerajaan Usmani yang luas berlangsung dengan
cepat dan diikuti oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan
lain yang penting, diantaranya :
- Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan
Untuk
pertama kalinya Kerajaan Usmani mulai mengorganisasi taktik, strategi
tempur dan kekuatan militer dengan baik dan teratur. Sejak kepemimpinan
Ertoghul sampai Orkhan adalah masa pembentukan kekuatan militer. Perang
dengan Bizantium merupakan awal didirikannya pusat pendidikan dan
pelatihan militer, sehingga terbentuklah kesatuan militer yang disebut
dengan Jenissari atau Inkisyariah . Selain itu kerajaan Usmani membuat
struktur pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di tangan Sultan yang
dibantu oleh Perdana Menteri yang membawahi Gubernur.
Gubernur
mengepalai daerah tingakat I. Di bawahnya terdapat beberapa bupati.
Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I
dibuatlah UU yang diberi nama Multaqa Al-Abhur , yang menjadi pegangan
hukum bagi kerajaan Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19.
Karena jasanya ini, di ujung namanya di tambah gelar al-Qanuni[9].
- Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan
Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan diantaranya
adalah kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia
mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam
istana rajaraja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap
dari Bizantium. Dan ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan
kemasyarakatan, keilmuan dan huruf diambil dari Arab [10].
Dalam bidang Ilmu Pengetahuan di Turki Usmani tidak begitu menonjol
karena mereka lebih memfokuskan pada kegiatan militernya, sehingga dalam
khasanah Intelektual Islam tidak ada Ilmuan yang terkemuka dari Turki
Usmani .
- Bidang Keagamaan
Agama
dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan
sosial dan politik. Masyarakat di golongkan berdasarkan agama, dan
kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama
menjadi hukum yang berlaku. Oleh karena itru, ajaran ajaran thorikot
berkembang dan juga mengalami kemajuan di Turki Usmani. Para Mufti
menjadi pejabat tertinggi dalam urusan agama dan beliau mempunyai
wewenang dalam memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang
terjadi dalam masyarakat.
Kemajuan-kemajuan
yang diperoleh kerajaan Turki Usmani tersebut tidak terlepas daripada
kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, antara lain:
1. Mereka adalah bangsa yang penuh semangat, berjiwa besar dan giat.
2. Mereka memiliki kekuatan militer yang besar.
3. Mereka menghuni tempat yang sangat strategis, yaitu Constantinopel yang berada pada tititk temu antara Asia dan Eropa [11].
Disamping
itu keberanian, ketangguhan dan kepandaian taktik yang dilakukan olah
para penguasa Turki Usmani sangatlah baik, serta terjalinnya hubungan
yang baik dengan rakyat kecil, sehingga hal ini pun juga mendukung dalam
memajukan dan mempertahankan kerajaan Turki Usmani.
D. Turki Pasca Sulaiman al-Qanuni
Masa
pemerintahan Sulaiman I (1520-1566 M) merupakan puncak kejayaan
daripada kerajaan Turki Usmani. Beliau terkenal dengan sebutan Sulaiman
Agung atau Sulaiman Al-Qonuni. Akan tetapi setelah beliau wafat sedikit
demi sedikit Turki Usmani mengalami kemunduran. Setelah Sulaiman
meninggal Dunia, terjadilah perebutan kekuasaan antara putera-puteranya,
yang nenyebabkan kerajaan Turki Usmani mundur akan tetapi meskipun
terus mengalami kemunduran kerajaan ini untuk masa beberapa abad masih
dipandang sebagai militer yang tangguh. Kerajaan ini memang masih
bertahan lima abad lagi setelah sepeninggalnya Sultan Sulaiman 1566 M [12] .
Sultan
Sulaiman di ganti Salim II. Pada masa pemerintahan Salim II (1566-1573
M), pasukan laut Usmani mengalami kekalahan atas serangan gabungan
tentara Spanyol, Bandulia, Sri Paus dan sebagian armada pendeta Malta
yang dipimpin Don Juan dari Spanyol. Kekalahan ini menyebabkan Tunisia
dapat direbut musuh. Tetapi pada tahun 1575 M, Tunisia dapat direbut
kembali oleh Sultan Murad III (1574-1595 M). Pada masa pemerintahannya,
keadaan dalam negeri mengalami kekacauan. Hal itu disebabkan karena ia
mempunyai kepribadian yang buruk. Keadaan itu semakin kacau setelah
naiknya Sultan Muhammad III (1595-1603 M), Sultan Ahmad I (1603-1671 M)
dan Musthofa I (1617-1622 M), akhirnya Syeikh Al-Islam mengeluarkan
fatwa agar Musthofa I turun dari jabatannya dan diganti oleh Usman II
(1618-1622 M).
Pada
masa pemerintahan Sultan Murad IV (1623-1640 M), mulai mengadakan
perbaikan-perbaikan, tetapi sebelum ia berhasil secara keseluruhan, masa
pemerintahannya berakhir. Kemudian pemerintahan dipegang oleh Ibrahim
(1640-1648 M),yang pada masanya orang-orang Venesia melakukan peperangan
laut dan berhasil mengusir orang Turki Usmani di Cyprus dan Creta pada
tahun 1645 M. Pada tahun 1663 M pasukan Usmani menderita kekalahan dalam
penyerbuan ke Hungaria. Dan juga pada tahun 1676 M dalam pertempuran di
Mohakes, Hungaria. Turki Usmani dipaksa menandatangani perjanjian
Karlowitz pada tahun 1699 M yang berisi pernyataan penyerahan seluruh
wilayah Hungaria, sebagian besar Slovenia dan Croasia kepada Hapsburg.
Dan penyerahan Hermeniet, Padalia, Ukraenia, More dan sebagian Dalmatia
kepada penguasa Venesia.
Pada
tahun 1770 M pasukan Rusia mengalahkan armada Usmani di sepanjang
pantai Asia Kecil. Namun kemenangan ini dapat direbut kembali oleh
Sultan Musthofa III (1757- 1774 M). Dan pada tahun 1774 M, penguasa
Usmani Abddul Hamid (1774-1789 M) terpaksa menandatangani kinerja dengan
Catherine II dari Rusia yang berisi penyerahan benteng-benteng
pertahanan di Laut Hitam kepada Rusia dan pengakuan kemerdekaan atas
Crimea[13] .
Pemerintahan
Turki, masa pasca Sulaiman banyak terjadi kekacauan-kekacauan yang
menyebabkan kemunduran dalam mempertahankan Turki Usmani (kerajaan
Usmani). Hal ini dikarenakan benyaknya berganti pemimpin atau penguasa
yang hanya meperebutkan jabatan tanpa memikirkan langkah-langkah
selanjutnya yang lebih terarah pada tegaknya kerajaan Usmani. Sifat dari
pada para pemimpin juga mempengaruhi keadaan kerajaan Usmani, seperti
halnya sifat jelek yang dilakukan Sultan Murad III (1574-1595 M) yakni
yang selalu menuruti hawa nafsunya sehingga kehidupan moral Sultan Murad
yang jelek itu menyebabkan timbulnya kekacauan dalam negeri Usmani itu
sendiri.
Banyaknya
kemunduran yang dirasakan selama kurang lebih dua abad ditinggal Sultan
Sulaiman. Tidak ada tanda-tanda membaik sampai setengah pertama dari
abad ke -19 M. Oleh karena itu, satu persatu negara-negara di Eropa yang
pernah dikuasai kerajaan Usmani ini memerdekakan diri. Bukan hanya
negeri-negeri di Eropa yang memang sedang mengalami kemajuan memberonak
terhadap kerajaan-kerajaan Usmani, tetapi juga beberapa didaerah timur
tengah mencoba bangkit memberontak. Dari sinilah dapat disimpulkan bahwa
kemunduran Turki Usmani pasca Sulaiman disebabkan karena banyaknya
terjadi kekacauan-kekacauan yang menyebabkan kemunduran dalam kerajaan
Usmani.
E. Kemunduran Kerajaan Turki Usmani
Kemunduran
Turki Usmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al-Qonuni. Hal ini
disebabkan karena banyaknya kekacauan yang terjadi setelah Sultan
Sulaiman meninggal diantaranya perebutan kekuasaan antara putera beliau
sendiri. Para pengganti Sulaiman sebagian besar orang yang lemah dan
mempunyai sifat dan kepribadian yang buruk. Juga karena melemahnya
semangat perjuangan prajurit Usmani yang mengakibatkan kekalahan dalam
mengahadapi beberapa peperangan. Ekonomi semakin memburuk dan system
pemerintahan tidak berjalan semestinya.
Selaim faktor diatas, ada juga faktor-faktor yang menyebabkan kerajaan Usmani mengalami kemunduran, diantaranya adalah :
- Wilayah Kekuasaan yang Sangat Luas
Perluasan
wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada kerajaan Usmani,
menyebabkan pemerintahan merasa kesulitan dalam melakukan administrasi
pemerintahan, terutama pasca pemerintahan Sultan Sulaiman. Sehingga
administrasi pemerintahan kerajaan Usmani tidak beres. Tampaknya
penguasa Turki Usmani hanya mengadakan ekspansi, tanpa mengabaikan
penataan sistem pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah yang
jauh dari pusat mudah direbut oleh musuh dan sebagian berusaha
melepaskan diri.
- Heterogenitas Penduduk
Sebagai
kerajaan besar, yang merupakan hasil ekspansi dari berbagai kerajaan,
mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Siria dan negara lain, maka di
kerajaan Turki terjadi heterogenitas penduduk. Dari banyaknya dan
beragamnya penduduk, maka jelaslah administrasi yang dibutuhkan juga
harus memadai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Akan tetapi
kerajaan Usmani pasca Sulaiman tidak memiliki administrasi pemerintahan
yang bagus di tambah lagi dengan pemimpinpemimpin yang berkuasa sangat
lemah dan mempunyai perangai yang jelek.
- Kelemahan para Penguasa
Setelah
sultan Sulaiman wafat, maka terjadilah pergantian penguasa.
Penguasa-penguasa tersebut memiliki kepribadian dan kepemimpinan yang
lemah akibatnya pemerintahan menjadi kacau dan susah teratasi.
- Budaya Pungli
Budaya
ini telah meraja lela yang mengakibatkan dekadensi moral terutama
dikalangan pejabat yang sedang memperebutkan kekuasaan (jabatan).
- Pemberontakan Tentara Jenissari
Pemberontakan
Jenissari terjadi sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M,
1727 M dan 1826 M. Pada masa belakangan pihak Jenissari tidak lagi
menerapkan prinsip seleksi dan prestasi, keberadaannya didominasi oleh
keturunan dan golongan tertentu yang mengakibatkan adanya
pemberontakan-pemberontakan.
- Merosotnya Ekonomi
Akibat
peperangan yang terjadi secara terus menerus maka biaya pun semakin
membengkak, sementara belanja negara pun sangat besar, sehingga
perekonomian kerajaan Turki pun merosot.
- Terjadinya Stagnasi dalam Lapangan Ilmu dan Teknologi
Ilmu
dan Teknologi selalu berjalan beriringan sehingga keduanya sangat
dibutuhkan dalam kehidupan. Keraajan usmani kurang berhasil dalam
pengembagan Ilmu dan Teknologi ini karena hanya mengutamakan
pengembangan militernya. Kemajuan militer yang tidak diimbangi dengan
kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan Usmani tidak sanggup
menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nama
kerajaan Usmani diambil dari nama Sultan pertama bernama Usman. Beliau
dengan gigihnya meneruskan cita-cita ayahnya sehingga dapat menguasai
suatu wilayah yang cukup luas dan dapat dijadikan sebuah kerajaan yang
kuat. Bangsa Turki Usmani berasal dari suku Qoyigh, salah satu kabilah
Turki yang amat terkenal. Pada abad ke-13 mereka mendapat serangan dari
bangsa Mongol. Akhirnya mereka mencari perlindungan dari saudaranya,
yaitu Turki Seljuk. Dibawah pemerintahan Ortoghul, mereka mengabdikan
diri kepada Sultan Alaudin yang sedang melawan Bizantium. Karena bantuan
mereka, Sultan Alaudin dapat mengalahkan Bizantium. Kemudian Sultan
Alaudin memberi imbalan tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan
Bizantium. Setelah Sultan Alaudin wafat (1300 M), orang-orang Turki
segera memproklamirkan kerajaan Turki Usmani dengan Usman I sebagai
sultannya
Perluasan
wilayah kerajaan Turki terjadi dengan cepat, sehingga membawa kejayaan,
disamping itu raja-raja yang berkuasa sangat mempunyai potensi yang
kuat dan baik. Banyak daerah-daerah yang dapat dikuasai (di Asia Kecil)
sehingga memperkuat berdirinya kerajaan Turki Usmani. Salah satu
sumbangan terbesar kerajaan Turki Usmani dalam penyebaran Islam adalah
penaklukkan kota benteng Constantinopel (Bizantium) ibukota Romawi Timur
(1453 M), penaklukkan kota itu terjadi pada masa Sultan Muhammad II
(1451-1481 M) yang terkenal dengan gelar Al-Fatih. Dalam perkembangan
selanjutnya kerajaan Turki Usmani mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Kemajuan-kemajuan tersebut meliputi bidang kemiliteran, pemerintahan,
kebudayaan dan agama. Selanjutnya Turki Usmani mengalami puncak keemasan
adalah pada masa pemerintahan Sulaiman I (1520-1566 M) yang terkenal
dengan sebutan Sulaiman Agung.
Dari
perkembangan yang sangat baik itu maka Turki Usmani mengalami
kemajuankemajuan yang mendukung sekali dalam pemerintahannya diantaranya
:
o Dalam
bidang kemiliteran dan pemerintahan. Turki mempunyai militer yang
sangat kuat dan siap bertempur kapan dan dimana saja. Di bidang urusan
pemerintahan dibuat undang-undang yang berguna untuk mengatur urusan
pemerintahan di Turki Usmani.
o Dalam
bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya. Turki kaya akan kebudayaan, karya
telah terjadi akulturasi budaya antara Arab, Persia dan Bizantium. Akan
tetapi dalam bidang ilmu pengetahuan Turki Usmani tidak begitu menonjol
karena terlalu berfokus pada bidang kemiliteran.
o Dalam
Bidang Keagamaan. Peranan agama di Turki Usmani sangatlah besar
terutama dalam tradisi masyarakat. Mufti/Ulama' menjadi pejabat tinggi
dalam urusan agama dan berwenang memberi fatwa resmi terhadap problem
keagamaan yang dihadapi masyarakat.
Tanda
kemunduran kerajan Turki Usmani terjadi setelah masa pemerintahan
Sulaiman (1520-1566 M) berakhir, yaitu terjadi pertikaian diantara anak
Sulaiman untuk memperebutkan kekuasaan. Turki Usmani mengalami
kekacauan, satu persatu daerah kekuasaannya melepaskan diri, karena
tidak ada pengganti pemimpin yang kuat dan cakap.
DAFTAR PUSTAKA
Bosworth,C.E. The Islamic Dynaties.Edinburgh : Edinburgh University Press, 1980.
Hamka. Sejarah Ummat Islam ,IV.Jakarta : Bulan Bintang 1975.
Hilmi,Ahmad Kamaludin. As-Salajiqah Fi at-tarikhwa al-Hadlarah.Kuwait : Cet 1975.
Lapidus,ira M.A. History of Islamic Societes.Cambridge : Cambridge University Press,1988.
Mughini..Syafiq DR. Sejarah kebudayaan Islam Di Kawasan Turki,Jakarta : Logos Wacana Ilmu :1997.
Muhammad Ali Sayis. Tarikh fal-Fiqh Islamy ,Beirut:Dar al-kutub al-Ilmiyah,1990
Muhammad Salam Madkur. Al Madkhal Li al fiqh al Islam ,Cairo : Dar an Nadhah Islamiyah 1993.
Nasution,Harun. Pembaharuan Dalam Islam, Jakarta : PT.Bulan Bintang ,1994.
Shihab,Alwi. Membedah Islam di Barat menepis Tudingan Meluruskan Kesalahpahaman: Jakarta :Gramedia Pustaka Utama,2004.
0 komentar:
Posting Komentar